Kamis, 03 November 2016

WISATA ALAM KAHYANGAN DLEPIH KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN WONOGIRI: Wahana Spiritual Dalam Menggapai Tujuan Dan Cita-Cita

Kahyangan Tirtomoyo
Wisata Alam Kahyangan Dlepih Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri



Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu tempat yang terpilih Raja - Raja Jawa dalam mengasah kemampuan spiritual, mendekatkan diri kepada Sang Khalik sekaligus upaya meraih impian dan cita-cita. Banyak petilasan di Kabupaten Wonogiri yang dahulu digunakan sebagai tempat bersemadi, dari pegunungan, goa, kawasan Pantai hingga hutan belantara. 
Salah satu legenda wahana spiritual yang terkenal adalah di Obyek Wisata Alam Kahyangan yang berada di Desa Dlepih Kecamatan Tirotomoyo. Letak wisata Kahyangan berada di ujung tenggara Kabupaten Wonogiri dengan jarak dari Kota Wonogiri kurang lebih 40 km. Akses jalan cukup memadai yang dapat dilalui kendaraan roda empat hingga lokasi tujuan. 
Wisata Alam Kahyangan menyajikan satu suasana alam bukit dengan pepohonan besar menjulang dilengkapi mata air yang membentuk aliran sungai yang cukup deras.
Gemericik arus dari mata air Kahyangan menciptakan alunan suara alam yang menentramkan hati. Mungkin karena suasana inilah, Kahyangan dipilih sebagai tempat ideal untuk bersemadi seraya mendekatkan diri pada Illahi.
Menurut legenda yang ada, dahulu kala Kahyangan merupakan tempat Panembahan Senopati, seorang pembesar di Mataram bersemadi atau bertapa dengan satu keinginan menjadi seorang Raja. Setelah bertapa selama beberapa waktu, Panembahan Senopati akhirnya bisa menjalin sebuah komunikasi dengan makhluk penguasa Laut Selatan yang dikenal Kanjeng Ratu Kidul untuk membantu mewujudkan cita-citanya menjadi Raja Mataram. Sejarah membuktikan bahwa setelah bersemadi di Kahyangan, Panembahan Senopati berhasil memegang tampuk pimpinan sebagai Raja Mataram Pertama tanpa ada pertumpahan darah sedikitpun.

Sabtu, 29 Oktober 2016

RUWATAN MASAL DI OBYEK WISATA WADUK GAJAH MUNGKUR WONOGIRI : Sebuah Prosesi Spiritual Menghilangkan Sukerta Dalam Tradisi Jawa

Ruwatan Masal Waduk Gajah Mungkur
Ruwatan Massal Di Obyek Wisata Waduk Gajah Mungkur Wonogiri


Tradisi Ruwatan merupakan prosesi spiritual dalam adat Jawa yang bertujuan menghilangkan pengaruh buruk suatu keadaan atau peristiwa yang pernah di alami oleh manusia (sedang mengalami sukerta/kesusahan). Dalam budaya Jawa ada suatu kepercayaan bahwa manusia yang sedang mengalami sukerta nantinya akan menjadi santapan raksasa buruk rupa yang disebut Bathara Kala.Untuk membebaskan pengaruh sukerta ini masyarakat Jawa melakukan prosesi Ruwatan. 

Ruwatan sebenarnya dapat dilakukan sendiri atau sebuah keluarga dengan menyiapkan kelengkapan prosesi. Prosesi Ruwatan dilakukan oleh seorang Dalang Sepuh yang sudah memiliki kemampuan spiritual sebagai seorang pengruwat. Dalang Pengruwat akan mementaskan Wayang Kulit yang bercerita tentang Murwakala atau kisah Bathara Kala dengan segala kelakuan nafsu angkaranya. Bagi masyarakat biasa untuk melaksanakan tradisi Ruwatan membutuhkan biaya tidak sedikit. Beban biaya penyelengaraan ini yang menjadi kendala utama pelestarian tradisi turun temurun ini.

Minggu, 23 Oktober 2016

Tradisi Nasi Brekat Hajatan Di Kabupaten Wonogiri

Nasi Brekat Wonogiri
Brekat : Tradisi Nasi Oleh-Oleh Hajatan Di Kabupaten Wonogiri 

Keunikan Nasi Brekat Wonogiri


Begitu banyak tradisi atau adat istiadat yang berkaitan dengan hajatan yang masih dipertahankan eksistensinya hingga sekarang. Salah satunya adalah tradisi pemberian Brekat bagi para tamu undangan warga yang menyelenggarakan hajatan seperti pernikahan, khitanan dan lain sebagainya.
Tradisi Nasi Brekat sampai sekarang belum ada kajian tentang asal-usul dan kisah sejarahnya.  
Nasi Brekat ini sebagai buah tangan atau oleh-oleh dari tuan rumah kepada para tamu undangan yang hadir.  Nasi Brekat berupa menu makanan khas olahan Jawa berupa nasi putih lengkap dengan lauk pauk berupa daging sapi,  sayur lombok hijau,  kecambah, dan kadang ada srondeng kelapa.
Yang unik pada Nasi Brekat ini adalah cara penyajian yaitu dibungkus dengan daun jati dan daun pisang sehingga menimbulkan aroma yang sangat khas.

Wisata Alam Wonoasri Hutan Seper Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri

Wisata Alam Wonoasri Jatipurno
Wisata Alam Wonoasri Hutan Seper Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri

Kabupaten Wonogiri memiliki potensi alam yang luar biasa, mulai dari gunung, hutan,  goa, hingga laut dan pantai yang indah.  Salah satu wisata alam berupa hutan pinus yang ada di kabupaten Wonogiri adalah Wisata Alam Wonoasri. 

Wisata alam ini terletak di area hutan perhutani di kelurahan Balepanjang kecamatan Jatipurno kabupaten Wonogiri.  Di tempat ini menyajikan  pemandangan alam berupa hutan pohon cemara atau pinus dengan suasana yang sangat sejuk.  Area wisata utama sudah dipoles menjadi taman bunga aneka warna dengan konfigurasi berbentuk gunungan wayang.

Sabtu, 15 Oktober 2016

JAMASAN PUSAKA PENINGGALAN PANGERAN SAMBERNYAWA ATAU KANJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARYA MANGKUNEGARA I DI KABUPATEN WONOGIRI

Jamasan Pusaka Pangeran Sambernyawa di Obyek Wisata Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.


Jejak peninggalan Pangeran Sambernyawa atau dikenal juga sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I (KGPAA Mangkunegara I) di Kabupaten Wonogiri tidak terhitung jumlahnya. Mulai dari petilasan berupa tempat bertapa, tempat persembunyian, tempat mengatur strategi perang, hingga peninggalan pusaka-pusaka saktinya.

KAMPUNG WAYANG KEPUHSARI MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI

TATAH SUNGGING. Salah satu aktivitas pembuatan wayang kulit dengan menatah kulit lembu hingga membentuk siluet karaker wayang.


Wayang bagi masyarakat Indonesia cukup terkenal sebagai warisan budaya yang adiluhur sarat akan nilai - nilai dan ajaran tentang kehidupan manusia. Warisan budaya yang begitu luar biasa ini harus kita lestarikan bahkan bisa dijadikan satu sumber daya untuk menghidupi rakyat apabila kita bisa mengelola dengan baik.
Di Kabupaten Wonogiri yang terkenal dengan ragam budaya memiliki satu lokasi yang hingga saat ini masih menjadi sentra kebudayaan Wayang Kulit. Adalah Desa Kepuhsari Kecamatan Manyaran, masyarakatnya masih memegang teguh tradisi berkaitan dengan Wayang Kulit, mulai dari pembuatan Wayang Kulit, pembuatan rancak gamelan (musik pengiring pentas wayang), hingga pelaku seni pertunjukan wayangnya (dalang, sinden, pengrawit).
Potensi ini mulai dilirik untuk dijadikan satu paket wisata budaya yang layak jual. Ada dua hal penting yang bisa kita raih dengan paket wisata ini, pertama, melestarikan dan mengembangkan budaya Wayang Kulit agar tetap lestari hingga generasi yang akan datang. Kedua, menumbuhkan perekonomian lokal masyarakat pelaku seni sehingga secara langsung dan tidak langsung menjadi  penopang utama kelestarian budaya itu sendiri.
Dengan dibukanya paket wisata budaya ini, akan semakin menambah ragam wisata yang ada di Kabupaten Wonogiri selain Waduk Gajah Mungkur, Wisata-wisata spiritual dan wisata alam lainnya.

Senin, 03 Oktober 2016

PANTAI – PANTAI PALING INDAH DI KABUPATEN WONOGIRI : PANTAI DHADAPAN

pantai ndadapan
Pantai Dhadapan Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri


Pantai Dhadapan merupakan pantai paling barat perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Jogjakarta. Wisata alam nan elok ini masuk di wilayah Dusun Klampeyan Desa Paranggupito. Untuk bisa sampai di lokasi, kita harus berjalan kaki dan menyusuri jalan setapak melalui perbukitan yang sangat cocok bagi mereka yang suka hobi tracking.
Keindahan alam terpancar dari perpaduan antara bukit karang menjulang yang pangkalnya terkikis hempasan air laut dan hamparan pasir putih memanjang.

Suara ombak yang terus menghantan dinding karang disertai hembusan angin laut menciptakan suasana menyegarkan kalbu. Terjangan ombak ini begitu dahsyat sehingga di tempat ini tidak bisa digunakan untuk berenang.
Di pantai Dhadapan kita dapat melihat aktivitas warga lokal mencari hewan biota laut untuk dijadikan santapan di meja makan.
Jadi jangan lupa jika berkunjung ke Pantai Dhadapan dapat mengunjungi rumah warga setempat sembari menikmati menu lokal yang khas.
Penasaran dengan keindahan Pantai Dhadapan? Ayo Rame-Rame Neng Wonogiri!