Legenda Kanjeng Ratu
Kidul sangat erat kaitannya dengan sejarah berdirinya kerajaan di pulau Jawa. Untuk
menguatkan mitos tentang dukungan kekuatan magis Kanjeng Ratu Kidul, para
pendiri kerajaan melakukan ritual di wilayah pantai Selatan Jawa, termasuk di
pesisir Pantai Sembukan Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa
Tengah.
Sucipto(57 tahun) yang
didaulat sebagai Ketua Pelestarian Dan Pengembang Adat Istiadat Budaya
Paranggupito menuturkan bahwa masyarakat disekitar Pantai Sembukan sangat yakin
bahwa Pantai Sembukan merupakan Gerbang 13 Kerajaan Kanjeng Ratu Kidul, pintu gerbang
jalan yang akan dilewati Kanjeng Ratu Kidul untuk menemui Raja-raja Jawa.
Angka 13 memiliki makna
tersendiri. Angka 13 merupakan perlambang yaitu angka 1 menggambarkan jalan
menuju Pantai Sembukan yang jika dilihat dari atas merupakan angka 1 yang
bermakna jalan lurus menuju satu tujuan. Kemudian angka 3 merupakan perwujudan
3 (tiga) tempat yang memiliki tingkat aura piritual tinggi di Pantai Sembukan
yaitu Gunung Buthak (Petilasan Raden Mas
Said) yang dijadikan Padepokan Tri Sila Weda, Gunung Putri yang didirikan
bangunan masjid sebagai tempat sembahyang,
dan Paseban Gunung Pathuk Ngasem tempat spiritual para penggiat aliran
kepercayaan. Ketiga lokasi ini sering dijadikan tempat ritual oleh masyarakat
yang ingin bermeditasi memohon petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sejarah Pantai Sembukan
menjadi tempat ritual ini tidak bisa dilepaskan dari cerita perjuangan Raden
Mas Said Sang Pendiri Praja Mangkunegaran di Surakarta. Pada masa perjuangan
Raden Mas Said saat itu masih menjadi pimpinan sejumlah prajurit yang
berkewajiban melindungi dan mengayomi seluruh prajurit punggawanya.
Oleh karena itu, Raden
Mas Said dalam menjelajah wilayah pedalaman, disamping bergerilya sekaligus
mengunjungi tempat-tempat yang dianggap keramat untuk memohon kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa agar diberikan kekuatan melindungi prajuritnya. Salah satu tempat
yang dijadikan ritual adalah Gunung Buthak yang berada di Pantai Sembukan. Pada
saat bermeditasi untuk menemui Kanjeng Ratu Kidul di Gunung Buthak, Raden Mas
Said dikawal oleh abdi dalem bernama Ki Sodongso. Sebelum Raden Mas Said
menuju puncak Gunung Buthak berpesan kepada Ki Sodongso agar menunggunya di
pohon Ketapang dibawah gunung dan jangan sampai pergi sebelum dirinya turun
dari Gunung Buthak.
Setelah sekian lama
bersemadi akhirnya Raden Mas Said bisa bertemu dengan Kanjeng Ratu Kidul di
alam gaib. Setelah pertemuan selesai, Kanjeng Ratu Kidul meminta kesediaan
Raden Mas Said untuk diantarkan pulang ke Nglaroh wilayah Selogiri melalui
kekuatan gaib. Dalam sekejap mata Raden Mas Said sudah pulang ke Nglaroh
Selogiri tanpa diketahui Ki Sodongso yang setia menunggunya di pohon Ketapang.
Karena tidak mengetahui bahwa Raden Mas Said sudah mendahului pulang ke
Nglaroh, Ki Sodongso tetap setia menunggu sampai akhirnya moksa, hilang menyatu
dengan alam gaib di Gunung Buthak.
Melihat ada pengawal
Raden Mas Said yang telah moksa di Pohon Ketapang, Kanjeng Ratu Kidul pun
meminta Ki Sodongso untuk dijadikan pengikutnya dan diberikan tanggungjawab
menjaga Pantai Sembukan dari hal – hal yang merusak alam.
Sampai saat ini keberadaan
pohon Ketapang tempat moksa Ki Sodongso masih tumbuh dengan kokoh. Bahkan dipercaya
memiliki kekuatan gaib, apabila peziarah atau pengunjung tidur ditempat
tersebut dengan kaki mengarah ke pohon niscaya akan dipindah secara gaib ke
tempat lain.
Setelah sekian lama,
KGPAA Mangkunegara VII yang merupakan penerus Raden Mas Said mengikuti jejak dengan
mengunjungi Pantai Sembukan setiap awal Bulan Sura dan menggelar upacara ritual
memohon petunjuk Tuhan Yang Esa. Sambutan masyarakat di Paranggupito begitu
luar biasa, karena sangat ingin melihat pembesar kerajaan Mangkunegaran
berkunjung di Pantai Sembukan.
Tradisi ini kemudian
dikenal dengan Tetedhakan yang kemudian hari menjadi agenda ritual Labuhan
Ageng Pantai Sembukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar