Plintheng Semar di Taman Selopadi Kabupaten Wonogiri |
Plintheng Semar adalah satu ikon yang terkenal dan letaknya di
Kota Wonogiri. Tepatnya di area Taman Selopadi di Kelurahan Giripurwo Kecamatan
Wonogiri atau berjarak 200 meter dari pusat kota Wonogiri. Plintheng Semar
adalah sebuah batu besar yang dahulu digunakan sebagai peluru ketapel tokoh
Semar. Batu besar ini dari dahulu bersandar pada sebuah pohon asem besar.
Sedangkan Taman Selopadi tempat batu Plintheng Semar berada masih
dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk sekedar nongkrong sambil menikmati
suasana kota.
Belum banyak yang tahu ternyata Plintheng Semar memiliki kisah
legenda yang cukup menarik. Nah, berikut adalah salah satu versi kisah legenda
Plintheng Semar Cerita Rakyat Kecamatan Wonogiri.
Legenda Plintheng Semar berawal dari kisah tokoh Semar atau dikenal
pula sebagai Ki Brodronoyo. Semar merupakan sosok dewa yang memiliki 3 orang anak (Punakawan) yang
merepresentasikan sebagai rakyat biasa meskipun mereka memiliki kesaktian bak
dewa. Mereka berempat merupakan abdi dalem dari Pandawa atau lima ksatria pembela
kebenaran.
Pada suatu waktu, mereka mengikuti Tuannya Pandawa yang ingin
bermeditasi di Grojogan Sewu Kabupaten Karanganyar. Banyak sekali godaan dari
para lelembut dan raksasa yang mengganggu proses meditasi Para Pandawa. Semar
berserta punakawan terus menerus berjaga dan mengusir semua makhluk yang
mengganggu.
Pada suatu waktu, datanglah seorang Raksasa Sakti yang berniat
jahat mengganggu bahkan akan memakan Pandawa. Raksasa ini tidak mampu dihadapi
oleh Punakawan, hingga akhirnya Semar harus turun sendiri menghadapi Raksasa
Sakti.
Pertarungan keduanya begitu dahsyat, masing-masing mengeluarkan
ajian andalan. Raksasa Sakti tidak mempan oleh senjata apapun yang dimiliki
Semar. Semar akhirnya mengeluarkan Ajian Ganda Maruto sebuah ajian kentut yang
bisa mematikan siapapun yang terkena ajian ini.
Semar bersiap-siap mengeluarkan Ajian Sakti ini. Suara ajian sakti
ini begitu luar biasa menggelegar, seperti petir menyambar disertai angin topan
yang menerbangkan apa saja ketika dilewati hembusan kentut Semar. Bau yang tercium dapat membuat makhluk
langsung terkapar tak sadarkan diri. Raksasa Sakti sudah bersiap untuk menahan
serangan dengan menutup hidung dan tengkurap ditanah. Cara ini ternyata cukup
ampuh untuk menahan serangan Ajian Ganda Maruto.
Melihat Raksasa Sakti tidak terluka sedikit pun, Semar menjadi
gusar karena tidak ada lagi ajian yang bisa di keluarkan. Raksasa Sakti tertawa
dan gantian mengeluarkan jurus sakti lain. Semar mulai terdesak dan bertahan
dari serangan Raksasa Sakti.Hingga akhirnya Semar pun menggandakan diri untuk mengelabui
Raksasa Sakti.
Bayangan Semar lah yang terus menghadapi Raksasa Sakti,
sedangkan Semar asli pergi untuk bermeditasi memohon petunjuk kepad Sang Hyang Widi agar diberi kekuatan
mengalahkan Raksasa Sakti.
Setelah beberapa waktu bermeditasi, akhirnya Semar mendapat
petunjuk cara mengalahkan Raksasa Sakti. Diberilah Semar sebuah peluru ketapel
(Plintheng) yang berukuran besar. Semarpun paham dan segera membuat ketapelnya
agar bisa digunakan mengalahkan Raksasa Sakti.
Setelah selesai senjata Plintheng segera dibawa ke medan
pertempuran.
Tanpa membuang waktu, Semar mengarahkan senjata Plintheng tepat ke
pantat Raksasa Sakti. Setelah peluru terlepas dari Plintheng segera melesat dan
mengenai pantat Raksasa Sakti. Raksasa Sakti menjerit kesakitan dan langsung
jatuh tersungkur. Akan tetapi karena keampuhan Raksasa Sakti, peluru Plintheng
terpental hingga jauh ke arah selatan dan jatuh bawah pohon asem. Raksasa Sakti
akhirnya dapat dikalahkan Semar. Pandawa pun dapat melanjutkan semadinya hingga
selesai.
Dan tempat jatuhnya peluru sekarang dikenal dengan nama Plintheng
Semar. Batu Plintheng Semar pun masih dapat ditemui di Taman Selopadi Giripurwo
Kota Wonogiri. Itulah satu kisah Legenda Plintheng Semar sebuah Cerita Rakyat
Kecamatan Wonogiri. Penasaran dengan Batu Plintheng Semar di Kota Wonogiri? Ayo
Rame-Rame Neng Wonogiri!
salam kenal salam seduluran..........
BalasHapussaya dari blitar maaf sebelumnya saya mau cerita dari orang orang tau di daerah saya kab.blitar- kec.bakung-ds.tumpakkepuh buyut saya dulu dari wonogiri orang tua tua dulu bilang daerah " Mbeduang " maaf apakah daerah mbeduang itu masih ada sekarang atau sudah ganti nama...
terima kasih banyak.
Sebenarnya bukan MBEDUANG, tetapi KEDUWANG.
BalasHapusNama Wonogiri pada masa lalu adalah KEDUWANG/KEDUANG (KADUWANG). Tak sedikit yang melafalkan KEDUWANG dengan GEDUWANG, atau bahkan keliru menjadi MBEDUWANG.
Nama KEDUWANG telah termaktub dalam peta-peta dan tulisan lama Abad XVIII.
KEDUWANG juga merupakan nama sungai yang mengalir dari daerah Slogohimo (Wonogiri sebelah timur) dan bertemu dengan Bengawan Solo. Tetapi pertemuan Sungai Keduwang dengan Bengawan Solo sudah terendam Waduk Gajah Mungkur.