Kamis, 07 September 2017

PEMBANGUNAN WADUK PIDEKSO KABUPATEN WONOGIRI



Waduk Pidekso Kabupaten Wonogiri
Waduk Pidekso merupakan salah satu proyek pemerintah pusat yang menjadi prioritas strategis yang dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, selain pembangunan Waduk Gondang Kabupaten Karangnyar, Waduk Bendo Kabupaten Ponorogo, Waduk Tukul Kabupaten Pacitan dan Waduk Gongseng Kabupaten Bojonegoro.

Inisiasi pembanguan proyek waduk Pidekso telah ada sejak era Presiden Soeharto pada tahun 1980-an. Dimungkinkan proyek ini merupakan rencana kelanjutan dari pembangunan beberapa waduk yang ada di kabupaten Wonogiri, seperti Waduk Gajah Mungkur, Waduk Songputri dan lainnya.


Mengutip dari laman Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas bahwa Waduk Pidekso akan dibangun mulai dari tahap konstruksi tahun 2015 dan beroperasi mulai tahun 2018. Namun saat ini proses pembebasan lahan untuk bendungan Pidekso masih berjalan dan belum selesai. Melihat perkembangan yang ada, besar kemungkinan proses pembangunan akan dilaksanakan pada akhir tahun 2017 dan diperkirakan selesai pada tahun 2019. Anggaran pembangunan Waduk Pidekso merupakan anggaran APBN sebesar kurang lebih Rp. 450 milyar. Proyek pembangunan Waduk Pidekso akan dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan sebuah BUMN bisnis konstuksi yang telah mengerjakan proyek-proyek besar skala nasional. 


Lokasi Waduk Pidekso berada di Desa Pidekso dan Desa Tukulrejo Kecamatan Giriwoyo serta Desa Sendangsari Kecamatan Batuwarno. Berdasarkan jenis material pembangunannya, Waduk Pidekso merupakan waduk tipe urugan random inti tegak. Puncak badan bendungan Waduk Pidekso memiliki panjang 383 meter dengan Lebar puncak bendungan sekitar 10 meter. Tinggi badan bendungan dari dasar sungai kurang lebih dari 31 meter dan dari dasar galian setinggi 44 meter. 


Luas area waduk mencapai 330 hektar dengan memiliki daya tampung air sebanyak kurang lebih 25 juta meter kubik. Kapasitas daya tampung efektif berkisar 17 juta meter kubik. Dengan kapasitas ini, Waduk Pidekso mampu mengairi lahan pertanian seluas 1.500 ha dan menyediakan pasokan air baku sebesar 0,30 m³/detik. 


Pembangunan sebuah proyek besar tentunya memiliki dampak bagi masyarakat selain dampak positif juga diikuti dampak negatif.  Tidak terkecuali pembangunan Waduk Pidekso yang memerlukan pembebasan lahan milik rakyat khususnya di tiga desa. 


Luas lahan yang dibebaskan untuk badan bendungan mencapai 34,35 ha, yang dimiliki oleh masyarakat di tiga desa dua kecamatan. Sedangkan warga desa yang terdampak pembangunan Waduk Pidekso yaitu desa Pidekso Kecamatan Giriwoyo sebanyak 410 KK, Desa Tukulrejo Kecamatan Giriwoyo sebanyak 193 KK dan Desa Sendangsari Kecamatan Batuwarno sebanyak 318 KK sehingga total 921 KK. 


Para warga desa yang terdampak sudah membentuk sebuah organisasi yang beri nama Formastri  (Forum masyarakat peduli tanah kelahiran tiga desa) yang sudah berbadan hukum. Dengan organisasi ini, warga desa yang terdampak dapat memiliki satu wadah dalam menyelesaikan permasalahan terkait dengan proses ganti rugi dan kelanjutan nasib setelah mereka diharuskan melepaskan tanah kelahirannya. Pengorbanan masyarakat Wonogiri untuk pembangunan waduk tidak hanya untuk Waduk Pidekso akan tetapi sudah dimulai sejak dibangunnya Waduk Gajah Mungkur Wonogiri pada tahun 1977.



Data Teknis Waduk Pidekso Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri :

  • Tipe bendungan : urugan random inti tegak
  • Luas area genangan: 330 ha
  • Dimensi badan bendungan: panjang 383 meter lebar 10 meter dan tinggi 31 meter.
  • Daya tampung : 25 juta meter kubik.
  • Pengairan irigasi : 1.500 ha
  • Kapasitas air baku : 0,3 meter kubik/detik
  • Warga terdampak : 921 KK



Dengan dibangunnya Waduk Pidekso diharapkan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat tidak hanya yang memiliki sawah di hilir Waduk tetapi juga bagi warga yang saat ini merelakan tanah kelahirannya untuk pembangunan Waduk Pidekso.

(Diolah dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar