Waduk Pidekso merupakan salah satu proyek pemerintah pusat yang menjadi
prioritas strategis yang dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)
Bengawan Solo, selain pembangunan Waduk Gondang Kabupaten Karangnyar, Waduk
Bendo Kabupaten Ponorogo, Waduk Tukul Kabupaten Pacitan dan Waduk Gongseng
Kabupaten Bojonegoro.
Inisiasi pembanguan proyek waduk Pidekso telah ada sejak era Presiden
Soeharto pada tahun 1980-an. Dimungkinkan proyek ini merupakan rencana kelanjutan
dari pembangunan beberapa waduk yang ada di kabupaten Wonogiri, seperti Waduk Gajah
Mungkur, Waduk Songputri dan lainnya.
Mengutip dari laman Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas bahwa
Waduk Pidekso akan dibangun mulai dari tahap konstruksi tahun 2015 dan
beroperasi mulai tahun 2018. Namun saat ini proses pembebasan lahan untuk
bendungan Pidekso masih berjalan dan belum selesai. Melihat perkembangan yang
ada, besar kemungkinan proses pembangunan akan dilaksanakan pada akhir tahun
2017 dan diperkirakan selesai pada tahun 2019. Anggaran pembangunan Waduk Pidekso
merupakan anggaran APBN sebesar kurang lebih Rp. 450 milyar. Proyek pembangunan
Waduk Pidekso akan dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan sebuah BUMN bisnis konstuksi
yang telah mengerjakan proyek-proyek besar skala nasional.
Lokasi Waduk Pidekso berada di Desa Pidekso dan Desa Tukulrejo Kecamatan
Giriwoyo serta Desa Sendangsari Kecamatan Batuwarno. Berdasarkan jenis material
pembangunannya, Waduk Pidekso merupakan waduk tipe urugan random inti tegak.
Puncak badan bendungan Waduk Pidekso memiliki panjang 383 meter dengan Lebar
puncak bendungan sekitar 10 meter. Tinggi badan bendungan dari dasar sungai kurang
lebih dari 31 meter dan dari dasar galian setinggi 44 meter.
Luas area waduk mencapai 330 hektar dengan memiliki daya tampung air
sebanyak kurang lebih 25 juta meter kubik. Kapasitas daya tampung efektif
berkisar 17 juta meter kubik. Dengan kapasitas ini, Waduk Pidekso mampu
mengairi lahan pertanian seluas 1.500 ha dan menyediakan pasokan air baku
sebesar 0,30 m³/detik.
Pembangunan sebuah proyek besar tentunya memiliki dampak bagi masyarakat
selain dampak positif juga diikuti dampak negatif. Tidak terkecuali pembangunan Waduk Pidekso
yang memerlukan pembebasan lahan milik rakyat khususnya di tiga desa.
Luas lahan yang dibebaskan untuk badan bendungan mencapai 34,35 ha, yang
dimiliki oleh masyarakat di tiga desa dua kecamatan. Sedangkan warga desa yang
terdampak pembangunan Waduk Pidekso yaitu desa Pidekso Kecamatan Giriwoyo sebanyak
410 KK, Desa Tukulrejo Kecamatan Giriwoyo sebanyak 193 KK dan Desa Sendangsari
Kecamatan Batuwarno sebanyak 318 KK sehingga total 921 KK.
Para warga desa yang terdampak sudah membentuk sebuah organisasi yang beri
nama Formastri (Forum masyarakat
peduli tanah kelahiran tiga desa) yang sudah berbadan hukum. Dengan organisasi ini,
warga desa yang terdampak dapat memiliki satu wadah dalam menyelesaikan
permasalahan terkait dengan proses ganti rugi dan kelanjutan nasib setelah
mereka diharuskan melepaskan tanah kelahirannya. Pengorbanan masyarakat Wonogiri untuk pembangunan
waduk tidak hanya untuk Waduk Pidekso akan tetapi sudah dimulai sejak
dibangunnya Waduk Gajah Mungkur Wonogiri pada tahun 1977.
Data Teknis Waduk Pidekso Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri :
- Tipe bendungan : urugan random inti tegak
- Luas area genangan: 330 ha
- Dimensi badan bendungan: panjang 383 meter lebar 10 meter dan tinggi 31 meter.
- Daya tampung : 25 juta meter kubik.
- Pengairan irigasi : 1.500 ha
- Kapasitas air baku : 0,3 meter kubik/detik
- Warga terdampak : 921 KK
Dengan dibangunnya Waduk Pidekso diharapkan mampu memberikan manfaat bagi
masyarakat tidak hanya yang memiliki sawah di hilir Waduk tetapi juga bagi
warga yang saat ini merelakan tanah kelahirannya untuk pembangunan Waduk
Pidekso.
(Diolah dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar