Senin, 12 Juni 2017

SERI CERITA RAKYAT WONOGIRI : Legenda Plintheng Semar Cerita Rakyat Kecamatan Wonogiri

Plintheng Semar di Taman Selopadi Kabupaten Wonogiri


Plintheng Semar adalah satu ikon yang terkenal dan letaknya di Kota Wonogiri. Tepatnya di area Taman Selopadi di Kelurahan Giripurwo Kecamatan Wonogiri atau berjarak 200 meter dari pusat kota Wonogiri. Plintheng Semar adalah sebuah batu besar yang dahulu digunakan sebagai peluru ketapel tokoh Semar. Batu besar ini dari dahulu bersandar pada sebuah pohon asem besar. 
Diperkirakan bobot batu ini mencapai 25 ton. Jika dilihat sekilas ada kekhawatiran apabila pohon tumbang maka batu Plintheng Semar dapat saja jatuh ke bawah. Ajaibnya,  sudah ratusan tahun batu Plintheng Semar bertahan dengan posisi tersebut.
Sedangkan Taman Selopadi tempat batu Plintheng Semar berada masih dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk sekedar nongkrong sambil menikmati suasana kota.

Belum banyak yang tahu ternyata Plintheng Semar memiliki kisah legenda yang cukup menarik. Nah, berikut adalah salah satu versi kisah legenda Plintheng Semar Cerita Rakyat Kecamatan Wonogiri.

Legenda Plintheng Semar berawal dari kisah tokoh Semar atau dikenal pula sebagai Ki Brodronoyo. Semar merupakan sosok dewa yang memiliki 3 orang anak (Punakawan) yang merepresentasikan sebagai rakyat biasa meskipun mereka memiliki kesaktian bak dewa. Mereka berempat merupakan abdi dalem dari Pandawa atau lima ksatria pembela kebenaran. 

Pada suatu waktu, mereka mengikuti Tuannya Pandawa yang ingin bermeditasi di Grojogan Sewu Kabupaten Karanganyar. Banyak sekali godaan dari para lelembut dan raksasa yang mengganggu proses meditasi Para Pandawa. Semar berserta punakawan terus menerus berjaga dan mengusir semua makhluk yang mengganggu.

Pada suatu waktu, datanglah seorang Raksasa Sakti yang berniat jahat mengganggu bahkan akan memakan Pandawa. Raksasa ini tidak mampu dihadapi oleh Punakawan, hingga akhirnya Semar harus turun sendiri menghadapi Raksasa Sakti.
Pertarungan keduanya begitu dahsyat, masing-masing mengeluarkan ajian andalan. Raksasa Sakti tidak mempan oleh senjata apapun yang dimiliki Semar. Semar akhirnya mengeluarkan Ajian Ganda Maruto sebuah ajian kentut yang bisa mematikan siapapun yang terkena ajian ini.

Semar bersiap-siap mengeluarkan Ajian Sakti ini. Suara ajian sakti ini begitu luar biasa menggelegar, seperti petir menyambar disertai angin topan yang menerbangkan apa saja ketika dilewati hembusan kentut Semar.  Bau yang tercium dapat membuat makhluk langsung terkapar tak sadarkan diri. Raksasa Sakti sudah bersiap untuk menahan serangan dengan menutup hidung dan tengkurap ditanah. Cara ini ternyata cukup ampuh untuk menahan serangan Ajian Ganda Maruto.

Melihat Raksasa Sakti tidak terluka sedikit pun, Semar menjadi gusar karena tidak ada lagi ajian yang bisa di keluarkan. Raksasa Sakti tertawa dan gantian mengeluarkan jurus sakti lain. Semar mulai terdesak dan bertahan dari serangan Raksasa Sakti.Hingga akhirnya Semar pun menggandakan diri untuk mengelabui Raksasa Sakti. 

Bayangan Semar lah yang terus menghadapi Raksasa Sakti, sedangkan Semar asli pergi untuk bermeditasi memohon petunjuk  kepad Sang Hyang Widi agar diberi kekuatan mengalahkan Raksasa Sakti.

Setelah beberapa waktu bermeditasi, akhirnya Semar mendapat petunjuk cara mengalahkan Raksasa Sakti. Diberilah Semar sebuah peluru ketapel (Plintheng) yang berukuran besar. Semarpun paham dan segera membuat ketapelnya agar bisa digunakan mengalahkan Raksasa Sakti.

Setelah selesai senjata Plintheng segera dibawa ke medan pertempuran.
Tanpa membuang waktu, Semar mengarahkan senjata Plintheng tepat ke pantat Raksasa Sakti. Setelah peluru terlepas dari Plintheng segera melesat dan mengenai pantat Raksasa Sakti. Raksasa Sakti menjerit kesakitan dan langsung jatuh tersungkur. Akan tetapi karena keampuhan Raksasa Sakti, peluru Plintheng terpental hingga jauh ke arah selatan dan jatuh bawah pohon asem. Raksasa Sakti akhirnya dapat dikalahkan Semar. Pandawa pun dapat melanjutkan semadinya hingga selesai.

Dan tempat jatuhnya peluru sekarang dikenal dengan nama Plintheng Semar. Batu Plintheng Semar pun masih dapat ditemui di Taman Selopadi Giripurwo Kota Wonogiri. Itulah satu kisah Legenda Plintheng Semar sebuah Cerita Rakyat Kecamatan Wonogiri. Penasaran dengan Batu Plintheng Semar di Kota Wonogiri? Ayo Rame-Rame Neng Wonogiri!

2 komentar:

  1. salam kenal salam seduluran..........
    saya dari blitar maaf sebelumnya saya mau cerita dari orang orang tau di daerah saya kab.blitar- kec.bakung-ds.tumpakkepuh buyut saya dulu dari wonogiri orang tua tua dulu bilang daerah " Mbeduang " maaf apakah daerah mbeduang itu masih ada sekarang atau sudah ganti nama...
    terima kasih banyak.

    BalasHapus
  2. Sebenarnya bukan MBEDUANG, tetapi KEDUWANG.
    Nama Wonogiri pada masa lalu adalah KEDUWANG/KEDUANG (KADUWANG). Tak sedikit yang melafalkan KEDUWANG dengan GEDUWANG, atau bahkan keliru menjadi MBEDUWANG.
    Nama KEDUWANG telah termaktub dalam peta-peta dan tulisan lama Abad XVIII.


    KEDUWANG juga merupakan nama sungai yang mengalir dari daerah Slogohimo (Wonogiri sebelah timur) dan bertemu dengan Bengawan Solo. Tetapi pertemuan Sungai Keduwang dengan Bengawan Solo sudah terendam Waduk Gajah Mungkur.

    BalasHapus