Pituduh Ajaran Tentang Ketuhanan Bagi Masyarakat Jawa |
Ajaran Tentang Ketuhanan Masyarakat Jawa
Purwa madya wasana
(Alam purwa (permulaan), alam madya (tengah), alam purwa
(akhir)
Kehidupan manusia terbagi menjadi 3 alam, yaitu alam purwa
(permulaan) di dalam kandungan, alam madya (pertengahan) di dunia yang fana,
serta alam purwa (akhir) di akhirat. Ketiga alam ini hendaknya menjadikan kita sadar
bahwa hidup di dunia hanya sementara saja. Masih akan ada alam lain yang
menanti setelah kita mengakhiri hidup di dunia. Yaitu menuju ke alam ‘kelanggenan’,
alam tiada akhir di surga.
Owah gingsir kahanan iku saka karasning Pangeran Kang Murbeng
Jagad
(Perubahan keadaan itu atas kehendak Tuhan Semesta Alam)
Semua kejadian di alam kehidupan merupakan kehendak Tuhan
Yang Maha Kuasa. Sebagai manusia tetap wajib berusaha, akan tetapi Tuhanlah
yang menentukan segala perubahan keadaan.
Ora ana kasekten sing madhani papesthen, awit papesthen iku
ora ana sing bisa murungake
(Tiada kesaktian yang menyamai kepastianTuhan, karena tidak
ada yang dapat menggagalkan kepastian dari Tuhan)
Kepastian dari Tuhan adalah takdir mutlak pada manusia.
Tidak ada satu kesaktian maupun kekuatan yang mampu menggagalkan kepastian dari
Tuhan. Jika Tuhan sudah mentakdirkan, maka itulah satu kepastian yang akan
terjadi pada manusia. Sebagai manusia wajib percaya bahwa Tuhan telah
memberikan takdir-Nya, manusia hanya berusaha sebaik-baiknya. Dan yakinlah
takdir itulah jalan hidup terbaik bagi manusia.
Bener kang asale saka Pangeran iku lamun ora darbe sipat
angkara murka lan seneng gawe sangsaraning liyan
(Benar yang berasal dari Tuhan itu apabila tiada sifat
angkara murka dan tidak suka menyengsarakan orang lain)
Nilai kebenaran yang berasal Tuhan tidak akan memiliki sifat
merusak dan penuh kebencian, apalagi sampai menimbulkan kesengsaraan bagi orang
lain. Jika nilai itu, menimbulkan ketidakharmonisan dapat dipastikan nilai itu
bukanlah berasal dari Tuhan.
Bersambung..
(Sumber : Buku Butir-Butir Budaya Jawa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar