Jumat, 03 Agustus 2018

Budaya Jawa; Ajaran Pituduh Tentang Ketuhanan Dalam Masyarakat Jawa (Bagian 5)

Pituduh Ajaran Ketuhanan Masyarakat Jawa


Lanjutan PITUDUH
Ajaran Tentang Ketuhanan Masyarakat Jawa

Pangeran iku ora sare
(Tuhan Tidak Tidur/ Tuhan Maha Tahu Segalanya)
Jangkauan Tuhan pada makhluknya tidak terhingga. Apapun yang dikerjakan, baik dan buruk meskipun masih dalam hati berupa niat, Tuhan akan mengetahuinya. Diibaratkan Tuhan senantiasa terjaga, tidak akan terlena sedikitpun, mengetahui setiap detil tentang perbuatan makhluk-Nya. Sebagai manusia, kita harus berhati-hati dalam bertindak mulai dari niat yang paling awal, jagalah senantiasa tidak akan melanggar dari norma Tuhan.


Beda beda panduming dumadi
(Berbeda-beda pemberian Tuhan pada ciptaan-Nya)

Keadilan Tuhan bukan diartikan bahwa yang diberikan kepada makhluk ciptaan-Nya sama, karena adil memang tidak harus sama. Perbedaan pemberian Tuhan pada ciptaan-Nya, sebagai bentuk mewujudkan keselarasan dalam kehidupan. Ada yang ditakdirkan miskin, kaya dengan berbagai pekerjaan, itu semua akan menciptakan harmonisasi dalam kehidupan.

Pasrah marang Pangeran iku ora ateges ora gelem nyambut gawe, nanging percaya yen Pangeran Maha Kuwasa. Dene kasil orane apa kang kita tuju kuwi saka kersaning Pangeran
(Berserah diri kepada Tuhan bukan berarti tidak mau berusaha bekerja, melainkan percaya bahwa Tuhan Maka Kuasa. Sedang berhail tidaknya apa yang  kita lakukan adalah atas kehendak Tuhan)

Konsep berserah diri kepada kekuasaan Tuhan bukan berarti kita menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya tanpa berbuat dan berusaha. Akan tetapi kita berusaha dengan sekuat tenaga dengan keyakinan apa yang kita usahakan akan mendapat berkah dari Tuhan. Begitupun hasil yang didapat sepenuhnya merupakan kehendak-Nya, baik sesuai maupun tidak sesuai dengan keinginan kita. Karena boleh jadi, hasil tidak sesuai itu merupakan yang takdir terbaik untuk diri kita. Dan yakinkan pada diri kita, apabila kita tetap bersyukur terhadap kehendak-Nya, Tuhan akan memudahkan segala urusan kita.

 Pangeran nitahake sira iku lantaran biyungira, mula kudu ngurmat biyungira
(Tuhan menciptakan engkau itu melalui ibumu. Oleh karena itu, hormatilah ibumu)

Tuhan tidak menciptakan kita begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang. Yaitu melalui bapak dan ibu. Dan posisi ibulah, yang mengandung selama 9 bulan dan melahirkan dengan resiko hidup dan mati. Hingga terus merawat bayi yang lemah menjadi diri kita sekarang. Karena itu, hormatilah ibu dan juga bapak-mu.

Bersambung...
Sumber : Buku Butir-Butir Budaya Jawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar