Kamis, 02 Agustus 2018

Budaya Jawa; Ajaran Pituduh Tentang Ketuhanan Dalam Masyarakat Jawa (Bagian 2)

Pituduh Ajaran Tentang Ketuhanan Masyarakat Jawa

Lanjutan PITUDUH 
Ajaran Pituduh tentang Ketuhanan Dalam Masyarakat Jawa 

Pangeran iku adoh tanpa wangenan, cedhak tanpa senggolan 
(Tuhan itu jauh tanpa ada batasnya, dekat sekali tapi tanpa senggolan)

Jika kita suatu saat merasakan duka mendalam dan berusaha 'memprotes' keberadaan Tuhan yang seakan tidak peduli kepada keadaan kita. Disitulah kita akan merasakan betapa jauhnya Tuhan dalam kehidupan kita sehingga senantiasa merasa dalam kesulitan dan kesengsaraan.


Jika kita dalam posisi mendapat kebahagiaan, kesuksesan karena usaha keras kita, maka kadangkala kita akan merasa bahwa hal itu berkat kerja keras kita sendiri. Kita merasa kesuksesan tanpa ada campur tangan Tuhan sama sekali. Tuhan akan dirasakan begitu jauh dari kehidupan seseorang. Yang ada hanyalah dia sendiri dan segala kesuksesannya.

Begitu sebaliknya, jika kita dalam kesendirian, merenung dalam diri kita dan bertanya dalam hati, mata batin yang paling dalam, tentang apa yang terjadi dan apa yang telah tercapai dengan rasa bersyukur maka Tuhan akan begitu dekat dengan diri kita, meskipun kita tidak akan mampu bersentuhan dengan-Nya.

Inilah makna bahwa keberadaan Tuhan Sang Khalik, jauh dan dekatnya tergantung dari persepsi dan cara menempatkan posisi kita terhadap Sang Pencipta.

Pangeran iku langgeng, tan kena kinaya ngapa, sangkan paraning dumadi.
(Tuhan itu abadi, tidak dapat digambarkan perwujudan-Nya merupakan sebab yang pertama dan merupakan tujuan terakhir dari segala ciptaan yang ada).

Semua yang ada dijagad raya adalah fana. Bisa sewaktu-waktu berubah, mengalami kerusakan, tidak ada yang abadi. Sedangkan Tuhan Yang Maha Kuasa adalah dzat yang abadi, 'langgeng' dari dahulu hingga masa nanti. Tuhan merupakan awal dari segala sesuatu dan akhir dari tujuan hidup makhluk di dunia.

Gambaran tentang Tuhan Yang Maha Esa tidak akan mampu dijangkau oleh akal fikiran manusia, hanya kita dapat merenungkan satu dzat memiliki kekuasaan atas alam jagad raya beserta isinya.

Bersambung....
(Sumber : Buku Butir - Butir Budaya Jawa)

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar